Sabtu, 22 Maret 2014

BAB I Etika lingkungan

BAB 1
PENDAHULUAN
Bismillah. Di manapun di bumi, kita manusia hidup, berusaha dan tinggal pada suatu ruang wilayah. Pada ruang wilayah itu  kita berinteraksi dengan tanah, air, tumbuhan, hewan dan bahakan sesama manusia.  Kita bangun rumah, tempat berusaha, kebun, pasar, jalan, jembatan, sekolah, pabrik dan sebagainya di ruang wilayah. Tempat kita hidup ini diistilahkan dengan lingkungan hidup. Singkatnya, lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia termasuk makhluk hidup dan manusia lainnya yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya.

Ruang wilayah yang merupakan lingkungan hidup manusia sesungguhnya merupakan bagian dari sistem ekologi atau ekosistem. Setiap ekosistem terdiri dari dua komponen yakni komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pada lingkungan hidup meliputi seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni binatang, manusia dengan segal prilakunya, tumbuhan, mikrobia dan benda hidup lainnya. Komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebagainya.
Ruang wilayah sebagai ekosistem alami
Lingkungan hidup didefinisikan ecara mendalam dan komprehensif dalam UU No 32 tahun 2009 sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya , keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteran manusia serta makhluk hidup lainnya.
Lingkungan hidup alami yang tidak terganggu
Dalam keadaan alami, ruang wilayah dengan segala komponen-komponennya itu ada dalam keadaan harmoni, seimbang dan sejahtera. Lingkungan hidup selanjutnya menjagi terganggu hingga mengalami kerusakan sebagai akibat dari faktor alami ataupun karena faktor campur tangan manusia melalui dampak negatif kegiatan-kegiatan manusia. Pemanfaatan ruang wilayah oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia  seperti papan, pangan, sandang, pendidikan dan sebagainya  telah menyebabkan kerusakan di darat dan di laut. Lebih ironis lagi, manusia mulai melupakan pentingnya  melakukan menata lingkungan secara konsisten dan konsekuen apalagi merawat lingkungan hidup, akibatnya terjadilah kerusakan ekosistem di mana-mana serta menyebabkan terjadinya kehidupan yang tidak maksimal pada lingkungan tersebut.
Disadari atau tidak, bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam tersebut bisa berupa banjir, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, angin topan, gunung meletus, ataupun gempa bumi. Selain berbahaya bagi keselamatan manusia maupun mahkluk lainnya, bencana ini akan membuat lingkungan hidup semakin rusak. Manusia sebagai makhluk berakal dan memiliki kemampuan tinggi dibandingkan dengan makhluk lain akan terus berkembang dari pola hidup sederhana menuju ke kehidupan yang modern. Dengan adanya perkembangan kehidupan, tentunya kebutuhannya juga akan sangat berkembang termasuk kebutuhan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
Bencana alam sebagai faktor penhyebab kerusakan lingkungan
Kerusakan lingkungan yang dipelopori manusia bisa dimulai dari adanya penebangan secara liar di ruang wilayah hutan lindung yang menyebabkan banjir ataupun tanah longsor.  Kerusakan juga dapat terjadi pada pembangunan perumahan, sekolah pasar, sekolah, kawasan industri di ruang wilayah rawa-rawa dengan metode penimbunan dari bahan yang diambil tanpa melakukan konpensasi ruang yang digali sebagai tempat air. Selain itu, kerusakan lingkungan juga terjadi akibat pembuangan sampah di sembarang tempat terlebih aliran sungai dan laut akan membuat pencemaran tanah, air dan udara.
Pencemaran tanah dan air
Gangguan dan kerusakan lingkungan di  manapun akan mempengaruhi kualitas udara, tanah, dan air sebagai bagian dari kesejahteraan hidup manusia. Manusia akan menjadi terganggu kesejahteraannya karena udara yang tercemar, tanah yang tercemar, tanah yang kualitasnya menurun akibat terjadinya erosi tanah, air yang menurun kualitasnya. Manusia yang hidup di lingkungan yang terganggu udara, tanah dan airnya akan terganggu kesehatannya sehingga meningkat prevalensi penyakit-penyakit ISPA, malaria, disentri, diare, TBC, kaki gajah, kanker, dan penyakit-penyakit yang  menjangkit manusia akibat menurunnya kualitas lingkungan mereka.
Penyakit-penyakit yang terjadi karena faktor lingkungan
Upaya untuk memicigasi kerusakan lingkungan jauh lebih sulit dibandingkan dengan upaya pencegahan (preventive measures) jika disadari oleh semua pihak sebagai pemangku kepentingan terhadap lingkungan hidup yang sehat dan lestari. Kerusakan lingkungan bisa diminimalkan manakala para pemangku kepentingan (stakeholders) mempunyai kesadaran yang tinggi untuk menjaga lingkungan. Kesadaran itu dapat terbentuk melalui pendidikan (edukasi). Pendidikan lingkungan hidup idealnya dimulai dari usia dini. Yang paling penting adalah bagaimana anak-anak hingga orang dewasa memahami nilai-nilai apa yang harus mereka fahami tentang lingkungan hidup. Nilai-nilai di sini dapat berupa moralitas, cinta dan kasih sayang terhadap lingkungan. Nilai-nilai dapat ditimbulkan pada manusia dengan jalan mengenalkan nilai-nilai yang ada pada lingkungan itu sendiri.
Ekosistem itu mesti dikenalkan nilai-nilai atau manfaatnya. Apa saja manfaat ekonomi, manfaat sosial, manfaat ekologis, manfaat keberadaan, manfaat pilihan dan sebagainya. Kepada anak-anak usia sekolah hingga perguruan tinggi mereka mesti diberi pendidikan tentang bagaimana merekayasa lingkungan yang bijak atau ramah lingkungan. Sebagai misal bagaimana membangun bangunan yang nyaman dan asri tetapi tidak boros energi, menampung air hujan yang jatuh di atap dan halaman, memanfaatkan sampah untuk kompos dan sebagainya.
­­­
Rumah yang memanen hujan sebagai penerapan etika lingkungan
Sisi lain dari pendidikan lingkungan bagi semua pemangku kepentingan terhadap lingkungan yang sehat dan lestari adalah perlunya pemahaman dan penghayatan terhadap etika lingkungan. Manusia perlu memahami sejumlah jenis etika yang baik dan tidak baik terhadap lingkungan. Ada sejumlah mazhab etika lingkungan yang mesti difahami sehingga tidak salah dalam beretika. Buku ini mencoba memaparkan secara runut tentang pembangunan dan dampak negatifnya, pembangunan mesti memperhatikan nilai-nilai lingkungan, pembangunan mesti memperhatikan etika lingkungan, apa saja nilai-nilai  lingkungan, apa saja mazhab-mazhab etika lingkungan yang ada sejak dulu sampai sekarang dan bagaimana kita mengelola lingkungan itu dengan pendekatan etika lingkungan.
 
sumber:prof.supli effendi rahim

Jejak ekologi asri 2

BAB III
MENGHITUNG JEJAK EKOLOGI

Dengan memanfaatkan situs : www.myfootprint.org berikut ini akan diuraikan langkah-langkah perhitungan jejak ekologi sehingga menghasilkan angka yang menjadi tolok ukur sebagai mahluk hidup untuk memperbaiki pola hidup yang kurang baik selama ini.
Dalam situs tersebut didapati 27 pertanyaan yang harus dijawab satu persatu dan menghasilkan informasi yang diolah oleh sistem software, yang pada akhirnya menghasilkan angka jejak ekologi individu.
1.      Pertanyaan-pertanyaan pada perhitungan ini, antara lain :
2.      Di negara mana kamu tinggal ? Jawab : Indonesia
3.      Apa sistem pengukuran yang ingin digunakan ? Jawab : meter
4.      Berapa banyak orang yang tinggal serumah denganmu ? Jawab : 5 orang
5.      Berapa pendapatan tahunan dalam rumah tangga ? Jawab : 30.000 s/d 59.000 USD,

Setelah pertanyaan ke 4 ini, dilanjutkan dengan memberikan informasi alamat email, yaitu : dr_asri@yahoo.com :
Sekarang, akan dimulai perhitungan jejak karbon kita. Jejak karbon adalah daerah yang diperlukan untuk menyerap emisi karbon yang dihasilkan oleh kita dari rumah, penggunaan energi dan transportasi.
1.      Apa yang paling menggambarkan zona iklim tempat tinggal kita? Jika kita tidak yakin, iklim dominan untuk negara kita sudah dipilih : Jawab : Topikal dan basah termasuk hutan hujan (seperti Rio de Jenero atau Manila)
2.      Berapa ukuran rumah kita ? Jawab : 100-150 meter persegi (rumah kecil dan sekitar 2-3 kamar tidur

3.      Apa sumber energi yang kita gunakan dirumah kita? Silahkan cek semua yang ada :
-          Listrik
-          Gas alam, propana atau bahan bakar gas cair
-          Minyak pemanas
4.      Jika rumah kita menggunakan listrik, berapa persen yang dihasilkan PLTA terbarukan, angin, bio massa atau sumber matahari ? Nilai awal adalah negara atau rata-rata regional. Jawab : 0%
5.      Masukkan jumlah kilometer kita berpergian pertahun untuk setiap moda transportasi:
·      Automobil : 20 km x 12 bln = 240 km
·      Bus : 0 km
·      Kereta api : 0 km
·      Perjalanan Udara : 0 km
·      Kendaraan apa yang paling sering kita kendarai atau naiki : Jawab : sebuah mobil
·      Apakah kita biasanya berbagi tempat dengan setidaknya satu orang lain : Jawab : Ya
Sampai pertanyaan nomor 9, jejak ekologis saya : 1,67 gha dan rata-rata negara 2,60gha.
6.      Dibawah ini adalah daftar fitur hemat energi dan kebiasaan hemat energi. Silahkan cek semua yang berlaku :
-          Lampu neon kompak
-          Peralatan hemat energi
-          Perlengkapan hemat air
Kebiasaan hemat energi :
-          Mematikan lampu ketika meninggalkan ruangan
-          Menggunakan stries listrik untuk mematikan lampu
-          Mematikan komputer dan monitor saat tidak digunakan
-          Mengeringkan pakaian diluar bila memungkinkan
-          Menjaga thermostat relatif rendah dimusim dingin
-          Mencabut peralatan kecil saat tidak digunakan
-          Penggunaan listrik minimal saat lanskape
7.      Apa yang paling menggambarkan dimana rumah kita berada ? Jawab : Pedesaan
8.      Apakah kita membeli offset emisi karbon yang terkait dengan penggunaan energi di rumah dan transport kita ? Jawab : Tidak
Sampai pertanyaan ke 12 ini, nilai jejak karbon adalah 1,49 gha dengan rata-rata negara 2,60 gha
Selanjutnya, kami memperkirakan jejak makanan Kita. Jejak makanan Kita mencakup area yang diperlukan untuk tumbuh tanaman, ikan, dan menggembalakan ternak dan menyerap emisi karbon dari pengolahan makanan dan transportasi
9.      Apa yang paling menggambarkan diet Kita? Jawab : Omnivora, bermacam-macam daging, susu makanan laut, sayuran dan biji-bijian
10.  Di mana Kita mendapatkan sebagian besar makanan Kita? Jawab : Pasar tradisional.
11.  Seberapa sering Kita memilih makanan yang disertifikasi organik atau diproduksi secara berkelanjutan? Jawab : Kadang-kadang
12.  Yang mana merupakan pilihan terbaik menggambarkan berapa banyak Kita biasanya makan? Jawab : Dua porsi besar makanan dan dua atau tiga kali atau makanan ringan menengah per hari
13.  Apakah Kita memiliki suatu taman atau halaman untuk menanam sayuran dan rempah-rempah sendiri ? Jawab : Tidak
Sampai pertanyaan ke 17 nilai ekologis saya 3,46 gha dengan rata-rata negara 3,76 gha.
Langkah selanjutnya adalah jejak perumahan Kita. Kita perumahan tapak
termasuk area yang digunakan oleh rumah Kita dan daerah diperlukan untuk memasok sumber daya yang digunakan dalam pemeliharaan konstruksi dan rumah tangga
14.  Yang paling menggambarkan rumah Kita? Jawab : Rumah keluarga yang berdiri sendiri
Berapakah luas perkiraan lahan yang ditempati oleh rumah Kita, struktur, dan halaman? Jika Kita tinggal di sebuah peternakan, perkebunan atau peternakan, jangan menghitung lahan penggembalaan, lahan pertanian, atau wildlands? Jawab : 200 meter persegi
15.  Apakah rumah Kita atau bagian dari itu dibangun dengan bahan daur ulang, kayu bersertifikat lestari dipanen, atau fitur desain hijau lainnya? Jawab :  Ya
16.  Kira-kira apa yang pangsa perabot rumah Kita adalah tangan kedua atau terbuat dari bahan daur ulang atau baik diproduksi secara berkelanjutan? Jawab : Sedikit
17.  Adakah fitur hemat air dan kebiasaan yang Kita miliki di rumah Kita? Silakan cek semua yang berlaku :
·           toilet aliran rendah
·           shower dan kran aliran rendah
·           Kebiasaan menghemat air :  meminimalkan waktu mandi dan toilet pembilasan
·           jarang mencuci mobil jarang
·           mencari dan memperbaiki kebocoran dengan teratur
·           menghindari selang bawah deck, jalan setapak, jalan masuk
18.  Seberapa sering Kita pilih produk pembersih yang biodegradable atau non-beracun? Jawab : Sering
Sampai dengan pertanyaan  nomor 22 nilai ekologi saya menurun menjadi :      0,53 gha dan rata-rata negara : 0,97 gha
Terakhir, kami memperkirakan barang dan jejak jasa , yang meliputi area yang diperlukan untuk memasok barang-barang konsumen yang Kita beli dan menyerap emisi karbon dari manufaktur mereka, transportasi, dan pembuangan.
19.  Apa yang paling menggambarkan pengeluaran dan kebiasaan menabung? Jawab : Saya bukan pemboros dan hemat untuk masa depan
20.  Seberapa sering Kita membeli hal-hal baru untuk menggantikan yang lama? Jawab : Saya cenderung untuk menggunakan sampai aku benar-benar perlu untuk menggantinya
21.  Berapa banyak sampah ukuran stkitar sampah rumah tangga Kita tidak mengisi setiap minggu? Jawab : Satu atau dua kali
22.  Berapa proporsi limbah berikut  yang Kita  daur ulang? Jawab : kertas beberapa kali
23.  Ketika Kita membeli produk pakaian atau kertas, seberapa sering Kita memilih item dicap sebagai daur ulang, alami, organik, atau dibuat dari serat alternatif seperti rami atau Tencel? Jawab : Kadang-kadang
Sampai dengan  pertanyaan nomor 27, : 1,74 gha dengan rata-rata negara 1,74 gha
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, jejak ekologi saya adalah 1,74 bumi, dengan kata lain, jika orang lain mempunyai gaya hidup seperti saya maka akan dibutuhkan 1,74 buah bumi, dengan perincian seperti pada tabel dibawah ini :
My Footprint in Global Hectares by Consumption Category
Category
My footprint
Country Average
Carbon Footprint
1,5
2,6
Food Footprint
3,5
3,8
Husing Footprint
0,5
1,0
Goods and Services Footprint
1,7
1,7
Total
7,2

BAB IV

PENUTUP

  Ecological Footprint ini dapat digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam mendukung keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator terbaik dan efisien dalam mendukung keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini menjadi penting dalam konteks untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang kita lakukan masih dalam batas daya dukung lingkungan ataukah sudah melewatinya, dengan kata lain masih dalam surplus ataukah sudah dalam defisit (penurunan kualitas) ekologi
Agar dapat mempertahankan eksistensi planet bumi maka manusia memerlukan kekuatan/nilai lain yaitu etika atau moral manusia. Etika dan moral bukan ciptaan manusia, sebab ia melekat pada dirinya, menjadi hakikatnya. Sama seperti bumi bukan ciptaan manusia. Ia dikaruniai bumi untuk dikelola dan pengelolaan itu berjalan dengan baik dan bertanggung jawab. Ketika tak ada lagi air bersih, ikan di sungai, padi di sawah, hingga tak ada lagi buah-buahan di pepohonan, mungkin baru akan menyadarkan penghuni bumi saat ini untuk tidak berbuat yang merugikan bagi alam. Bahkan pelayan publik (pemerintah) mungkin belum juga akan tersadarkan, hingga tidak ada lagi rakyat yang akan dilayaninya karena kelaparan, keracunan dan bencana ekologi.
Bila tidak dilakukan upaya perbaikan dalam memanfaatkan aset alam saat ini, maka bisa jadi penghancuran kehidupan akan terjadi lebih cepat dari yang terbayangkan. Perlombaan untuk bertahan hidup akan terjadi. Persengketaan antar bukan lagi masalah kebanggaan semata, namun hanya demi memperebutkan setetes air bersih untuk diminum, sebutir beras untuk ditanak ataupun demi selembar tissue untuk menyeka keringat.
Etika kehidupan harus kembali dikedepankan dalam ruang bijak terhadap alam. Agar kemudian alam tak lagi memusuhi kehidupan manusia. Agar alam mampu menyediakan kebutuhan seluruh manusia. Juga bagi alam agar mampu terus beregenerasi dengan lebih baik.
Pemerintah sebagai pelayan publik harus mampu menterjemahkan etika kehidupan dalam ruang hukum dan kebijakan yang berpihak pada keadilan ekologi. Tidak lagi menghadirkan hukum dan kebijakan yang berpihak pada sekelompok kepentingan (rakus) yang tak akan pernah puas dengan dua buah bukit emas yang telah dimilikinya. Saatnya melakukan transformasi kehidupan dengan belajar pada alam dan berbagi pada sesama.


Jejak ekologi asri

TUGAS MATA KULIAH ETIKA DAN NILAI LINGKUNGAN
JEJAK EKOLOGI


Bina Husada





                                                                    Oleh :
NAMA
NPM
DOSEN
:
:
:
Dr. Asri Wijayanti
13.13101.10.09
Prof. Supli Effendi Rahim, PhD, M.Sc





PROGRAM PASCA SARJANA STIK BINA HUSADA PALEMBANG
PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI
TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Krisis lingkungan hidup yang kita alami dewasa ini tidak hanya akibat dari meledaknya populasi dan perkembangan teknologi eksploitasi, tetapi secara mendasar bersumber pada kesalahan fundamental-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, alam, dan tempat manusia di dalam keseluruhan ekosistem. Kesalahan cara pandang ini bersumber dari etika antroposentrisme, yang memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta, bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai, sementara alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup manusia.
          Bertolak dari kondisi tersebut, menekankan perlunya suatu etika baru yang tidak hanya berlaku untuk interaksi antarmanusia, tetapi juga interaksi manusia dengan semua kehidupan di bumi. Suatu etika yang yang memandang alam sebagai bernilai pada dirinya sendiri dan pantas diperlakukan secara bermoral. Dengan etika baru ini, manusia dituntut untuk menjaga dan melindungi alam beserta segala isinya. Alam dan seluruh isinya tidak sekadar bernilai instrumental-ekonomis untuk dieksploitasi bagi kepentingan manusia.
Menghitung jejak ekologi perseorangan  bertujuan untuk memperkirakan berapa banyak atau berapa besar produktivitas biologik lahan yang ada di bumi dan air yang dibutuhkan untuk mendukung  gaya hidup orang masing-masing. Perhitungan meliputi delapan kategoris yang mewakili beberapa cara manusia menggunakan alam setiap hari. Perhitungan yang sering  dijelaskan bukan survei yang ilmiah, tapi memberikan perkiraan yang baik yang berimplikasi pada gaya hidup sesorang.
Analisis gaya hidup yang lebih teliti meliputi beberapa kenyataan yang seringkali meningkat atau bertambah ukurannya salah satunya menggunakan jejak ekologi (ecological footprint).  Beberapa gaya hidup seperti ukuran atau besarnya rumah atau berapa banyak mobil masing-masing anggota keluarga tidak mereka kendalikan secara langsung. Hal tersebut menjelaskan bahwa perhitungan berarti memberi suatu sudut pandang terhadap kehidupan seseorang  dan merupakan dasar informasi yang dapat membantu memonitor dampak perubahan – perubahan yang dibuat seseorang dalam gaya hidupnya. Seseorang dapat sebagai contoh membuat pilihan yang berbeda jika seseorang menginginkan rumah atau mobil di masa yang akan datang. Hubungan antara kesadaran akan gaya hidup dan masa depan, jejak ekologis penting dipelajari dapat menghasilkan outcome yang dapat digunakan .
Sebuah pendekatan yang baru-baru ini populer dengan Ecological Footprint menjadi alat ukur yang mengkaji tingkat konsumsi manusia dan dampaknya terhadap lingkungan. Konsep "jejak kaki ekologis" (Ecological Footprint) diperkenalkan pada tahun 1990-an oleh William Rees dan Mathis Wackernagel (Wackernagel and Rees, 1996).
Ecological Footprint mengukur permintaan penduduk atas alam dalam satuan metric yaitu area global biokapasitas. Dengan membandingkan Ecological Footprint dengan ketersediaan kapasitas biologis bumi, analisis Ecological Footprint menyarankan apakah pemanfaatan lahan pertanian, hutan, peternakan, lahan energy itu dapat dilanjutkan.
Pada 2001 kapasitas lahan kehidupan (biocapacity) bumi hanyalah 11.3 miliar global hektare, yang hanya merupakan seperempat permukaan bumi atau hanya memberi jatah paling tinggi 1,8 gha per orang. Adapun WWF (2005) pernah menghitung bahwa rata-rata per kapita jejak ekologi per orang di bumi adalah 2,2 gha, artinya selama ini, secara rata-rata penduduk bumi mengalami defisit 0,4 gha.
Rata-rata jejak ekologi tertinggi per kapita penduduk Amerika Serikat (9,5 gha), Inggris (5,45 gha), dan (Swiss 4 gha), sedangkan Indonesia diperkirakan rata-rata 1,2 gha. Adapun jejak ekologi terendah adalah Bangladesh, dengan rata-rata 0,5 gha. Pendekatan ini menunjukkan bahwa semakin kaya suatu negara dan bangsa, semakin besar jejak ekologi mereka dalam menguras sumber daya di bumi. Dengan demikian, kapasitas yang diperlukan dengan gaya hidup negara-negara maju jauh lebih boros, sehingga untuk bangsa Amerika guna memenuhi gaya hidup mereka diperlukan 9,5 planet setara dengan bumi, sedangkan warga Inggris memerlukan lima planet dan pola jejak ekologi rakyat Swiss memerlukan empat planet lagi. Jadi gaya hidup mereka di negara-negara kayalah yang menjadi penekan kemampuan bumi dalam menyediakan suplai sumber daya alam.
I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran  dan metode pengukuran jejak ekologis penulis dalam satu tahun.
2. Memberikan gambaran kebutuhan lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jejak ekologis atau ecological footprint adalah sistem yang mengukur seberapa banyak ruang (di darat dan air) yang diperlukan manusia untuk menghasilkan sumber daya yang mereka butuhkan dan menyerap limbah yang mereka hasilkan. Kalkulasi jejak ekologis dilakukan dengan menghitung berapa hektar ruang hidup (darat dan air) di bumi yang dibutuhkan oleh seorang manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam setahun.
Istilah Ecological Footprint (jejak ekologi) memang tidaklah sepopuler istilah konservasi. Sebagai sebuah metodologi, Ecological Footprint diperkenalkan oleh para pencinta lingkungan sebagai upaya meyakinkan masyarakat luas atas dampak gaya hidup manusia dalam mempengaruhi dan mereduksi langsung kemampuan bumi dalam menyediakan sumber daya alam, baik di darat maupun laut, yang mempunyai ekosistem produktif terhadap alam dan mengkomunikasikannya secara kuantitatif dalam bentuk yang dipahami.
Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini memiliki ‘jatah’ terhadap sumber daya yang ada yang dapat diperhitungkan baik secara global maupun individual. Perhitungan ini menggunakan satuan yang dikonversi ke ukuran luas, global hektar/gha atau hektar/ha. Setiap angka yang dihasilkan dari perhitungan ini khas untuk masing-masing individu. Ukuran ‘kaki’ yang digunakan dianggap ukuran kaki kita. Dalam memperhitungkan jejak ekologi, dipakai prinsip jumlah sumber daya global yang tersedia dibagi dengan jumlah seluruh populasi di dunia.
Berdasarkan hasil perhitungan jejak ekologi secara global, pada tahun 1992 jatah untuk 1 (satu) orang individu adalah 2,23 ha, sedangkan sebelumnya yaitu tahun 2008 hanya 1,8 ha. Penghitungan jejak ekologi ini dapat dilakukan pada perorangan, kantor/lembaga, kota/wilayah administrasi, negara bahkan lainnya misalnya kampus, keluarga, RT dan dunia. Cara memperhitungkannya terbilang cukup  mudah, dengan menguraikan apa yang setiap harinya dilalui dan dilakukan oleh individu sendiri. Penghitungan ini bisa dilakukan melalui online internet pada situs : http://footprint.wwf.org.uk  atau http://carbonfootprint.com/calculator.aspx  serta beberapa situs lain dengan kata kunci ecological footprint.
Metode ini mempermudah kita melihat hubungan sebab akibat dari tindakan atau gaya hidup manusia terhadap kemampuan bumi dalam menopang kebutuhannya di dunia ini secara kuantitatif. Sehingga kita dapat mengetahui seberapa boros, seberapa banyak kita menghasilkan limbah dan seberapa berbahaya limbah yang kita hasilkan, hingga menyangkut penjumlahan total lahan yang diperlukan untuk menyediakan makanan, perumahan, transportasi, bahan-bahan konsumsi yang lain, serta pelayanan yang kita gunakan. Namun tidak semua lahan bisa berfungsi untuk menunjang kehidupan kita secara berkelanjutan. Oleh karena itu Jejak Ekologi hanya mengukur lahan yang mampu berproduksi dan mengelola limbah secara alami, atau yang disebut lahan produktif biologis.
Laporan Living Planet Report 2012 menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan: peningkatan jejak ekologis yang terus berlanjut. Data terbaru pada 2008 menunjukkan jejak ekologis yang ditinggalkan manusia telah melebihi kapasitas biologis bumi, dimana bumi hanya mampu memproduksi sumber daya terbarukan dan menyerap CO2 sebesar 50 persen dari yang dibutuhkan dunia saat ini.
Jejak ekologis penduduk dunia telah melampaui kemampuan planet Bumi memperbaiki diri secara alami (biokapasitas) sebesar 50 persen. Artinya dibutuhkan 1.5 tahun bagi bumi untuk memproduksi sumberdaya yang dikonsumsi oleh manusia dalam 1 tahun. Jejak ekologis setiap orang tidak selalu sama, juga terdapat perbedaan besar antara tiap-tiap negara, khususnya jika terdapat perbedaan pada tingkat perekonomian dan pembangunannya. LPR 2012 menunjukkan bahwa negara berpendapatan tinggi memiliki jejak ekologis rata- rata tiga kali lipat dari negara berpendapatan menengah dan rata-rata lima kali lipat dibandingkan negara berpendapatan rendah.
Sepuluh negara yang paling boros atau mempunyai jejak ekologis terbesar per orang dalam menggunakan sumber daya buminya adalah: Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, Denmark, Amerika Serikat, Belgia, Australia, Kanada, Belkita dan Irlandia. Meningkatnya perekonomian negara-negara BRIICS (Brazil, Rusia, India, Indonesia, Cina dan Afrika Selatan) telah menaikkan jejak ekologis per kapita sebesar 65 persen sejak tahun 1961. Negara-negara ini berkembang lebih cepat sehingga paling banyak menghadapi tantangan untuk membangun secara berkeberlanjutan.
Populasi dunia telah bertambah lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1950 dan diperkiraan akan mencapai 9,3 milyar pada tahun 2050. Naiknya jumlah penduduk ini, jika dibarengi dengan meningkatnya konsumsi, akan berdampak pada keanekaragaman hayati dan jejak ekologis kita. Urbanisasi merupakan faktor kunci penyumbang meningkatnya konsumsi. Pertumbuhan populasi dan meningkatnya konsumsi berpotensi mendorong lonjakan jejak ekologis dunia. Penduduk di negara berpenghasilan rendah memiliki proporsi jejak ekologis yang jauh lebih besar untuk kategori pangan dibandingkan kategori lainnya. Di Brazil, India dan Indonesia, pangan berkontribusi lebih dari 50 persen dari total footprint yang dihasilkan dari rumah tangga.
Secara keseluruhan, jejak ekologis manusia telah menjadi dua kali lipat sejak tahun 1966. Membutuhkan setidaknya 1,5 tahun bagi planet bumi untuk meregenerasi sumberdaya terbarukan yang dapat dimanfaatkan manusia, serta menyerap karbon yang dihasilkannya dalam jangka waktu yang sama. Keterlampauan Ekologis atau yang dikenal dengan istilah “ecological overshoot” ini secara umum disebabkan oleh emisi karbon dan permintaan akan bahan pangan, namun ketersediaan lahan dan pengalokasiannya bisa dipastikan akan segera menjadi isu utama.
Kuis ini didasarkan pada rata-rata konsumsi nasional dan dimaksudkan untuk memberikan gambaran relatif jejak ekologi kita kepada orang lain di negara kita tinggal masuk Meskipun kuis ini tidak cukup fleksibel untuk account untuk semua gaya hidup mungkin dan keadaan, 21 pertanyaan memberikan perkiraan yang masuk akal bagi kebanyakan orang. Kuis ini juga memberikan Kita gambaran tentang jejak ekologi relatif terhadap jejak berkelanjutan, yang hanya membawa biologi Bumi kapasitas dinyatakan dalam hektar global atau global yang hektar dibagi dengan penduduknya. Perhitungan terbaru jejak global menunjukkan tingkat jejak berkelanjutan menjadi 15,71 hektar global atau 43 hektar global.
Metode jejak masih berkembang. Sebagai contoh, praktisi jejak masih bekerja untuk mengisi kesenjangan dalam kemampuan mereka untuk memperhitungkan polusi dan pengelolaan sumber daya berkelanjutan dan sampai mereka lakukan, ada kemungkinan bahwa account jejak meremehkan tuntutan pada alam. Perhitungan jejak yang paling akurat dan komprehensif adalah nilai jejak nasional mulai dari konsumsi dan arus perdagangan yang terbaik didokumentasikan di tingkat nasional dan karena metode jejak nasional akuntansi telah melalui proses peer review akademik. Kuis ini menghitung jejak pribadi berdasarkan data dari neraca nasional, sehingga seakurat mungkin dapat mengingat keadaan saat dilakukan.
 Ada beberapa bagian dari jejak Anda yang bukan akibat langsung dari kebiasaan konsumsi Anda. Misalnya, setiap penduduk kota adalah "bertanggung jawab" untuk sebagian infrastruktur kota, seperti jalan, sekolah, dan kantor pemerintah, terlepas dari apakah penduduk menggunakan layanan tersebut. Selain itu, beberapa pilihan yang bisa membuat jejak kita lebih kecil tidak tersedia untuk kita sebagai akibat dari pilihan pada bagian dari pengambil keputusan lokal, seperti transportasi umum handal dan efisien sebagai alternatif untuk mengemudi. Oleh karena itu, jalur penting untuk mengurangi jejak adalah untuk mengadvokasi keputusan yang lebih berkelanjutan di semua tingkat pemerintahan. Ini akan membuat lebih mudah bagi kita dan banyak orang lain untuk mengurangi jejak ekologi.
Dalam konteks kuis, jejak karbon responden bervariasi sehubungan dengan zona iklim, rumah ukuran, energi rumah menggunakan profil, pilihan transportasi pribadi, rumah fitur hemat energi dan kebiasaan, lokasi rumah, dan partisipasi dalam karbon offset program. Dengan demikian, mereka yang tinggal di iklim yang lebih ringan dibandingkan dengan rata-rata nasional, bergantung pada campuran bersih dari sumber energi rumah, drive kurang, memiliki rumah hemat energi, tinggal di daerah kepadatan tinggi perkotaan, dan offset pembelian memiliki jejak karbon yang lebih rendah

Jejak makanan adalah jumlah lahan pertanian, padang rumput, dan perikanan laut yang mendukung konsumsi makanan tahunan ditambah tanah dan wilayah laut yang diperlukan untuk menyerap emisi karbon yang terkait dengan produksi pangan, pengolahan, dan transportasi. Untuk masing-masing negara, per kapita lahan pertanian, padang rumput, dan perikanan laut jejak kaki yang diambil dari neraca nasional. Untuk hal ini, kuis menambah porsi rata-rata per kapita jejak karbon di suatu negara terkait dengan produksi pangan, pengolahan, dan transportasi. Kuis kemudian membuat serangkaian penambahan atau pengurangan terhadap jejak berdasarkan pilihan pengunjung.
Kuis bervariasi jejak makanan pengunjung sehubungan dengan pilihan belanja diet dan makanan. Kuis ini juga memperhitungkan apakah pengunjung memiliki taman karena taman meningkatkan kapasitas biologis. Mereka yang makan rendah pada rantai makanan, toko sering di pasar petani atau toko makanan alami, pilih makanan bersertifikat organik ketika mereka bisa, makan makanan besar sedikit, dan memelihara taman untuk sayuran dan rempah-rempah memiliki nilai yang lebih rendah.
            Jejak perumahan meliputi wilayah spasial lahan diambil oleh unit perumahan tertentu, daerah hutan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk-produk kayu yang digunakan dalam konstruksi dan perabotan, daerah lahan pertanian terlantar akibat konsumsi air rumah tangga, dan tanah dan wilayah laut yang dibutuhkan untuk menyerap emisi karbon yang terkait dengan pembangunan perumahan dan pemeliharaan. Per kapita jejak perumahan awal untuk negara tertentu didasarkan pada pangsa jejak hutan yang terkait dengan pembangunan perumahan dan perabot, bagian dari jejak ruang yang dibangun yang terkait dengan struktur perumahan, konsumsi air per kapita, dan porsi rata-rata per jejak karbon kapita terkait dengan pembangunan dan pemeliharaan rumah. Hutan dan jejak kaki ruang yang dibangun diambil dari neraca nasional. Per kapita penggunaan air diambil dari FAO statistik. Kuis kemudian membuat serangkaian penambahan atau pengurangan terhadap jejak berdasarkan pilihan pengunjung.
          Kuis bervariasi jejak perumahan pengunjung sehubungan dengan jenis hunian, jumlah dan jenis tanah yang didudukinya, pilihan home furnishing, penggabungan elemen desain hijau, penggunaan fitur hemat air, dan pilihan produk pembersih. Jejak kaki perumahan terendah untuk tempat tinggal perkotaan yang lebih kecil dibangun sesuai dengan teknik green building dengan sedikit tanah dan diisi dengan perabotan yang disertifikasi sebagai berkelanjutan diproduksi. Jejak kaki Perumahan juga dikurangi untuk tempat tinggal dengan berbagai fitur hemat air dan jika penghuni mengandalkan produk pembersih biodegradable.
Barang dan jasa meliputi jejak jumlah tanah dan wilayah laut yang diperlukan untuk menyerap emisi karbon yang terkait dengan manufaktur, transportasi, dan pembuangan barang, luas lahan yang digunakan untuk kegiatan komersial, dan kawasan hutan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk pulp dan kertas. Barang-barang kapita per awal dan jejak layanan untuk negara tertentu didasarkan pada barang dan jasa share dari hutan, ruang dibangun, dan jejak karbon. Bagian jejak hutan merupakan bagian dari jejak hutan per kapita suatu negara terkait dengan konsumsi produk kertas. Bagian ruang yang dibangun merupakan bagian dari jejak ruang per kapita dibangun suatu negara terkait dengan kegiatan komersial. Bagian jejak karbon merupakan bagian dari jejak karbon per kapita suatu negara terkait dengan manufaktur dan transportasi barang dan pembuangan limbah.
Variasi barang pengunjung dan jejak layanan tergantung dengan penghasilan pengunjung relatif terhadap rata-rata negara, kebiasaan belanja, pembuangan limbah dan perilaku daur ulang, dan pilihan pakaian dan produk kertas. Jika penghasilan pengunjung kurang dari rata-rata negara, implikasinya adalah barang dan jasa kurang begitu nya jejak kurang. Selain itu, mereka yang cenderung untuk menyimpan sebagian dari pendapatan mereka daripada menghabiskan semua, yang konservatif dengan mengganti barang, yang menghasilkan sampah kurang, mendaur ulang lebih, dan membuat pakaian lebih ekologis teliti dan pilihan kertas produk memiliki footprint yang lebih kecil dibandingkan dengan yang lainnya.
Pada akhir kuis, pengunjung diberitahu berapa banyak planet kita butuhkan jika kebiasaan konsumsi mereka diperpanjang untuk semua orang di planet ini. Jumlah planet hanyalah jejak pengunjung dibagi dengan jejak berkelanjutan 15.71 hektar global (43 hektar global) diperkirakan oleh kalkulator jejak global terbaru RP itu. Jika jumlah planet kurang dari satu, ini menunjukkan bahwa pengunjung yang menjalani gaya hidup yang berkelanjutan karena dalam kapasitas biologis Bumi yang kita tinggali. Jika jumlah planet yang lebih dari satu, ini menunjukkan bahwa pengunjung hidup gaya hidup berkelanjutan yang akan membutuhkan kapasitas biologis lebih dari satu bumi kita dapat berkelanjutan dari waktu ke waktu.
Ada banyak cara sederhana untuk mengurangi jejak di planet ini. Perlu pemahaman cara untuk mengurangi jejak kita di setiap kategori konsumsi-karbon, pangan, perumahan, dan barang-barang dan jasa-tetapi tidak berhenti di situ. Lalu berupaya untuk mendorong orang lain untuk mengikuti langkah kita.
I.                   MENGURANGI JEJAK KARBON
1.      Gunakan transportasi yang bersih
v  Berjalan, sepeda, atau mengambil angkutan umum bila memungkinkan
v  Hindari membiarkan mobil hidup. Jika akan menunggu selama lebih dari 30 detik, matikan mesin (kecuali lalu lintas). Dan jangan mengambil drive-through-parkir mobil dan berjalan sebagai gantinya.
v  Servis kendaraan secara teratur untuk menjaga kontrol emisi sistem operasi pada efisiensi puncak. Periksa saringan udara mobil secara bulanan, dan menjaga ban cukup meningkat untuk memaksimalkan gas
v  Hindari perjalanan singkat dengan pesawat, gunakan perjalanan-naik bus atau kereta api sebagai gantinya.

2.      Gunakan peralatan hemat energi dirumah
Ø  Instal lampu neon kompak di semua lampu rumah tapi ingat, compact fluorescent mengandung merkuri, cari model yang rendah merkuri dan pastikan untuk membuang lampu lama dengan aman melalui program pengelolaan limbah berbahaya.
Ø  Gunakan Weatherproof. Pastikan  dinding dan langit-langit yang terisolasi, dan mempertimbangkan ganda-panel jendela. Hilangkan draf dengan mendempul, strip cuaca, dan jendela badai dan pintu.
Ø  Melindungi pemanas air. Bahkan lebih baik, beralih ke pemanas air tankless, sehingga air Anda akan dipanaskan hanya saat Anda menggunakannya
Ø  Pilih peralatan efisien energi.
3.      Kebiasaan menghemat energi
ü  Hindari termostat relatif rendah di musim dingin dan pada AC di musim panas. Bersihkan atau ganti filter AC kotor seperti yang direkomendasikan untuk menjaga A / C beroperasi dengan efisien
ü  Cabut elektronik jika tidak digunakan. Untuk mempermudah, gunakan strip. Bahkan ketika dimatikan, barang-barang seperti televisi, komputer, dan pengisi daya ponsel.
ü  Keringkan pakaian  di luar rumah bila memungkinkan
ü  Manfaatkan dengan minimal peralatan listrik saat istirahat
ü  Defrost kulkas dan freezer secara teratur.
ü  Pilih listrik alami. Banyak pilihan untuk membeli listrik yang dihasilkan oleh angin dan tenaga surya untuk biaya tambahan kecil.
ü  Membeli offset karbon untuk penggunaan energi yang tidak bisa dihindari.

II.                MENGURANGI JEJAK MAKANAN
Ø  Makan lebih banyak makanan lokal, organik, dan makanan  musiman
Ø  Bercocok tanam, jika tidak mendapatkan makanan lokal
Ø  Berbelanja di pasar petani lokal atau pasar tradisional. Carilah makanan lokal, di musim makanan yang tidak jauh dari tempat anda
Ø  Pilih makanan dengan kemasan ringan untuk mengurangi limbah
Ø  Makan lebih sedikit dan jika daging untuk hanya satu kali makan dalam seminggu. Secara global, telah diperkirakan bahwa 18% dari seluruh emisi gas rumah kaca berhubungan dengan konsumsi daging.
III.             MENGURANGI JEJAK PERUMAHAN
1.      Pilih bahan bangunan, perabotan dan produk pembersih daur ulang
·         Jelajahi fitur desain alami untuk bangunan rumah, seperti pemanasan surya pasif, daerah resapan air hujan atau sistem daur ulang air , dan bahan daur ulang
·         Pilih peralatan efisien, termasuk shower aliran rendah, kran, dan toilet.
·         Pilihlah perabot yang bekas, daur ulang, atau diproduksi secara berkelanjutan.
·         Tanaman  yang menggunakan sedikit air di kebun dan halaman.
·         Gunakan biodegradable,dan pembersih tidak beracun.
2.      Kebiasaan hemat air
§  Tidak terlalu sering mandi tidak hanya menghemat air, tetapi energi yang diperlukan untuk pemanasannya.
§  Jangan gunakan pembuangan sampah. Jadikan kompos sebagai gantinya.
§  Jalankan mesin cuci piring dan mesin cuci hanya ketika sibuk
§  Jarangkan mencuci mobil, atau lebih baik lagi, membawa ke carwash Carwashes komersial menggunakan lebih sedikit air setiap mencuci dibandingkan mencuci di rumah, dan juga diharuskan untuk mengalirkan air yang digunakan ke dalam sistem pembuangan limbah, daripada saluran  yang melindungi kehidupan air.
§  Hindari selang bawah  jalan setapak, atau jalan masuk.
§  Secara teratur mencari dan memperbaiki kebocoran.
IV.             MENGURANGI JEJAK  BARANG DAN JASA
v  Beli sedikit saja. Ganti barang hanya jika benar-benar perlu.
v  Mendaur ulang semua kertas, kaca, aluminium, dan plastik. Jangan lupa elektronik.
v  Jadikan kompos limbah makanan untuk taman. Sampah yang tidak terkontaminasi dengan terdegradasi (biologi) sampah dapat lebih mudah didaur ulang dan diurutkan, dan tidak menghasilkan gas metana (kontributor gas rumah kaca yang signifikan) bila disimpan di tempat pembuangan sampah
v  Membeli produk daur ulang, terutama yang berlabel "pasca-konsumen limbah."